
Tim Edelweiss dibentuk untuk menunjukkan rasa peduli terhadap kehidupan para pengemis, dengan harapan ingin mengentaskan mereka dari kehidupan yang kurang layak menjadi lebih bermakna. Kami ikut membantu dan mendukung program-program yang telah direncanakan oleh pemerintah sekaligus memberi imbauan pada masyarakat untuk berpartisipasi mengurangi jumlah pengemis (seperti berhenti memberi uang pada mereka) dan ikut mensejahterakan kehidupan mereka.
Analysis
Pengemis merupakan seseorang atau sekumpulan orang yang mata pencahariannya bergantung dengan belas kasihan orang lain, dengan cara meminta-minta di pinggir jalan, baik jalan raya maupun dalam perumahan. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan pengemis atau gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum.
Keberadaan para pengemis ini tentu saja menimbulkan banyak dampak buruk di masyarakat, salah satunya yaitu membuat suasana kota menjadi nampak kotor dan tidak rapi karena banyaknya pengemis yang berkeliaran liar di jalanan terutama saat pemberhentian di lampu merah. Kemudian dapat menganggu kenyamanan lalu lintas jalan raya, serta dapat meningkatkan tingkat kriminalitas yang terjadi di masyarakat, karena dorongan hati untuk mendapatkan banyak uang terkadang membuat orang dapat menghalalkan segala cara untuk meraih keinginannya tersebut sehingga dapat menimbulkan hal-hal yang dapat mengganggu keamanan dan kenyamanan masyarakat, seperti banyak pencopet di mana-mana, pencurian, serta banyak pembunuhan yang timbul karena motif penjambretan.
Menurut pengakuan Dinas Surabaya pada tahun 2010, diperkirakan bahwa kenaikan pengemis jalanan khususnya yang ada di kota Surabaya, mengalami peningkatan yang sangat drastis saat menjelang bulan-bulan Ramadhan. Kepala Dinas Sosial Surabaya Eko Haryanto mengatakan bahwa razia pengemis selalu digelar selama bulan Ramadhan tiba. Yang menjadi target sasaran razia tersebut tidak hanya di jalan-jalan raya, namun juga di beberapa tempat umum lain seperti rumah sakit, tempat ziarah, masjid, dan terminal. Razia ini digelar untuk mengurangi jumlah pengemis, gelandangan, dan anak jalanan di Surabaya. Dinas Sosial akan berkoordinasi dengan polisi dan Satpol PP dalam menjalankan razia rutin tersebut. Gelandangan, pengemis, dan anak jalanan yang ditangkap akan ditampung di tempat pembinaan Dinas Sosial atau dipulangkan ke kampung asal. Eko Haryanto memperkirakan terdapat 2.000 pengemis dan anak jalanan di Surabaya.
Banyak faktor yang menyebabkan munculnya banyak pengemis di setiap kota. Salah satu adalah ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dan jumlah lapangan kerja yang tersedia, sehingga banyak orang cenderung menghalalkan segala cara demi mendapatkan penghasilan, selain itu banyaknya penduduk yang berurbanisasi ke kota menyebabkan kepadatan penduduk melonjak pesat, serta perkembangan pembangunan yang tidak merata di setiap daerah yang mengakibatkan kesejahteraan setiap daerah pun juga tidak merata.
Pada Agustus 2007 lalu, dalam kolom Tajuk Rencana pada Tabloid Kontan, tertera tulisan menarik dari Mesti Sinaga yang berjudul “Pengemis Bukan Soal Ketertiban”. Dikatakan bahwa pemberi sedekah kepada para pengemis di jalan-jalan akan dihukum. Ganjarannya tidak main-main, yaitu denda sampai Rp 50 juta atau penjara paling lama enam bulan. Aturan ini akan dimasukkan dalam Rancangan Peraturan Daerah (Perda) soal ketertiban umum. Dalam penjelasan Wakil Gubenur Fauzi Bowo di depan Rapat Paripurna DPRD DKI Jakarta 21 Agustus 2007, Fauzi Bowo mengibaratkan pengemis yang terserak di jalanan sebagai pencemaran lingkungan. Ia menambahkan bahwa adanya pengemis karena adanya pemberi.
Berangkat dari masalah ini, kami sebagai Tim Edelweiss dari Universitas Kristen Petra Surabaya dibentuk untuk menunjukkan rasa peduli terhadap kehidupan para pengemis, dengan harapan ingin mengentaskan mereka dari kehidupan yang kurang layak menjadi lebih bermakna. Kami menamakan tim kami dengan nama Edelweiss karena bunga tersebut mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, sehingga juga memotivasi para pengemis untuk bisa hidup dengan layak di tengah-tengah kesulitan ekonomi jika mau berusaha dengan baik. Kami juga akan menggandeng kelompok “Shine” untuk ikut membantu menangani para pengemis karena mereka sudah berpengalaman dalam menangani anak jalanan dalam bidang pendidikan supaya mereka dapat mengembangkan bakat dan keterampilan yang mereka miliki.
Dengan ini, Edelweiss akan mengadakan kampanye untuk membantu dan mendukung program-program yang telah direncanakan oleh pemerintah dalam mengurangi jumlah pengemis yang terus meningkat, khususnya di Surabaya. Dengan begitu, para pengemis tidak lagi menggantungkan hidupnya dari belas kasihan orang lain, tetapi juga dari bekal keterampilan yang telah dimiliki, serta masyarakat tidak terganggu dengan keberadaan pengemis dan kota pun tampak lebih bersih dan rapi. Selain itu, melalui kampanye ini, kami juga mendorong pemerintah agar semakin gencar dalam menjalankan aksinya untuk memberantas pengemis yang ada di setiap kota dan ikut mensejahterakan kehidupan mereka. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk memberantas para pengemis tersebut, misalnya menyediakan lapangan kerja yang seluas-luasnya agar jumlah pengangguran di Indonesia dapat semakin berkurang dan sumber daya manusia dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga tidak akan lagi muncul orang-orang yang menggantungkan hidupnya dengan meminta-minta. Yang terpenting dalam kampanye ini, kami akan memberi imbauan kepada masyarakat agar setiap orang berhenti memberikan uang pada pengemis dan ikut mendukung serta berpartisipasi dalam program-program yang dapat membuat para pengemis tersebut mendapatkan pekerjaan yang layak dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.
Subscribe to:
Posts (Atom)