Tuesday, June 14, 2011

Bekerja Lebih Baik daripada Mengemis

Sungguh memprihatinkan jika pengemis sudah menjadi profesi bagi beberapa orang. Padahal menjadi pengemis tidak membuat mereka memiliki kehidupan yang layak. Bagi mereka yang masih berusia muda, memiliki kondisi fisik yang baik, atau kemampuan untuk bekerja, namun mereka memilih menjadi pengemis nampaknya menjadi pilihan yang salah. Tim Edelweiss juga mengimbau agar pemerintah dan masyarakat dapat ikut memotivasi para pengemis untuk bekerja dengan layak dan juga memberikan peluang kerja yang seluas-luasnya. Jika mau berhasil, tentu kita harus berusaha dahulu. Bukan semata-mata dengan menggantungkan diri pada orang lain saja, tetapi juga harus mengerahkan potensi, kekuatan, dan kemampuan kita untuk mencapai keberhasilan itu. Tim Edelweiss meyakini bahwa setiap manusia dikaruniai kemampuan masing-masing, begitu juga dengan para pengemis. Mereka layak untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik…
-Edelweiss Team-

haxims.blogspot.com

Berikut artikel dari sebuah situs tentang orang-orang hebat yang tidak memilih menjadi pengemis di tengah kondisinya yang sulit:

Banyak orang-orang yang “luar biasa”. Ketika orang-orang seperti mereka dan bahkan yang lebih beruntung dari mereka memutuskan menjadi pengemis, mereka justru dengan tegar, dan tak kenal menyerah melakukan pekerjaan yang mungkin kita anggap remeh, namun jauh lebih terhormat daripada mengemis. Di sebuah perumahan, ada seorang kakek menjajakkan koran menggunakan sepeda pancal, dengan teriakannya yang khas, “Koooran…Jawa Pos…SuryaaMemoRadar…”. Ia mencoba menarik minat pelanggannya, begitu selalu setiap pagi. Ia melakukannya tak kenal menyerah setiap hari, entah berapa keuntungan yang bisa ia dapatkan hanya dengan menjual koran yang tak seberapa banyak, dan pembeli yang jarang-jarang itu.

Ada juga seorang nenek. Nenek ini penjual jenang yang setiap hari mengitari daerah suatu perumahan, dari pagi hari, siang hingga sore hari. Sungguh luar biasa, dengan penuh ketegaran, nenek ini mendorong gerobaknya dan dengan suaranya yang melengking, ia memanggil calon pembeli. Kebesaran dan kekokohan jiwanya serta penerimaannya pada dirinya, orang lain dan dunia sangat luar biasa. Betapa masa tuanya harus diisi dengan berjualan makanan yang mungkin tidak terlalu banyak hasilnya.

haxims.blogspot.com

Suatu hari, di depan RSUD Sidoarjo, ada orang tua yang lumpuh kakinya, ia duduk di atas kursi roda, di pangkuannya ada kotak besar berisi berbagai macam merek rokok, ia seorang penjual rokok yang cacat. Ia sudah tua, kakinya lumpuh pula, tapi ia tetap bisa berkarya. Ia adalah seorang pejuang yang tak kenal menyerah atau pun rendah diri dengan cacat yang diderita, ia bekerja dan tak mengharapkan belas kasih orang lain, ia sedang berjuang untuk menegakkan dirinya sendiri.

Orang-orang yang telah dikisahkan di atas adalah mereka yang mengalami keterhimpitan ekonomi (kemiskinan) atau keterbatasan fisik (ketuaan/cacat tubuh) yang mestinya menyebabkan hilangnya kesempatan kerja, namun nyatanya mereka masih tetap mampu bekerja tanpa harus meminta-minta. Kenyataan ini juga menegaskan bahwa faktor tradisi; kekurangan potensi sumber daya untuk dapat mengembangkan peluang; dan kondisi musiman, seperti ketika menjelang hari raya, adanya kemarau serta gagal panen di daerah asal hanyalah pseudo-faktor dari penyebab menjadi pengemis. Kegagalan individu dalam memaknai kehidupannyalah yang membawa ia terjerumus ke dalam kesia-siaan tanpa karya. Nietzsche berkata, ”Dia yang punya alasan untuk hidup adalah dia yang yang berdiri tegak bertahan tanpa bertanya bagaimana caranya”. Mereka yang merasa punya sesuatu untuk dituntaskan di masa depan, mereka yang punya keyakinan kuat, memiliki kesempatan yang lebih banyak daripada mereka yang kehilangan harapan.


Sumber:
http://www.zimbio.com/Fakta+Aneh+Lucu+Unik+Menarik/articles/hUddzrw9bHk/Alasan+Seseorang+Menjadi+Pengemis

Alasan Seseorang Menjadi Pengemis

Tim Edelweiss kali ini mau menunjukkan sebuah artikel menarik tentang alasan seseorang menjadi pengemis, yang kami ambil dari suatu situs. Ini dapat kita gunakan sebagai bahan pengetahuan, sekaligus riset kecil tentang kehidupan pengemis. Bagaimanapun, mereka tetap membutuhkan uluran tangan kita. Bukan untuk memberi mereka uang, melainkan memberi mereka kehidupan yang lebih baik dan bermakna…
-Edelweiss Team-

Ketika Anda naik bis kota, atau melintasi persimpangan jalan yang ada lampu merahnya, atau berjalan di trotoar di pusat kota, atau berada di keramaian, apa yang Anda temui di sana? Ya, mungkin Anda melihat di sana ada pengemis-pengemis yang bertebaran. Mereka hadir dalam penampakan yang berbeda-beda, ada yang pura-pura cacat kakinya (buntung/lumpuh), ada yang mendandani tubuhnya sehingga seolah-seolah mengidap sakit yang parah, menggunakan bayi sewaan untuk memberi kesan ‘menderita’, ada pula yang hanya memasang tampang melas, ada yang pura-pura buta, bahkan ada yang melakukannya dengan cara menodong orang demi mendapatkan apa yang mereka inginkan.

haxims.blogspot.com

Penampakan semacam itu adalah hal yang sering kita saksikan di kota besar seperti Surabaya ini. Surabaya memang menjadi pusat urbanisasi dan menjadi magnet bagi orang-orang yang hendak mencari penghidupan. Di kota ini, orang-orang yang memiliki keahlian dan keterampilan akan lebih mudah mendapat tempat (pekerjaan), sedangkan bagi mereka yang minim keahlian/keterampilan juga akan mendapat tempat, dengan syarat ada usaha yang keras dan tak kenal menyerah untuk bertahan dalam persaingan yang ketat. Ada pula orang-orang yang tidak memiliki apa-apa—bahkan motivasi untuk berkarya sekalipun—yang mereka miliki hanya telapak tangan untuk menadah uang hasil kerja orang lain, inilah orang-orang yang telah kita bicarakan di muka, mereka yang selalu bergentayangan di sekitar kita, tak kenal waktu dan tak kenal tempat.

Penelitian tentang pengemis oleh Dr. Engkus Kuswarno (Penelitian Konstruksi Simbolik Pengemis Kota Bandung ) menyebut ada lima ketegori pengemis menurut sebab menjadi pengemis, yaitu:
Pengemis Berpengalaman: lahir karena tradisi. Bagi pengemis yang lahir karena tradisi, tindakan mengemis adalah sebuah tindakan kebiasaan. Mereka sulit menghilangkan kebiasaan tersebut karena orientasinya lebih pada masa lalu (motif sebab).
  • Pengemis kontemporer kontinu tertutup: hidup tanpa alternatif. Bagi kelompok pengemis yang hidup tanpa alternatif pekerjaan lain, tindakan mengemis menjadi satu-satunya pilihan yang harus diambil. Mereka secara kontinyu mengemis, tetapi mereka tidak mempunyai kemampuan untuk dapat hidup dengan bekerja yang akan menjamin hidupnya dan mendapatkan uang.
  • Pengemis kontemporer kontinyu terbuka: hidup dengan peluang. Mereka masih memiliki alternatif pilihan, karena memiliki keterampilan lain yang dapat mereka kembangkan untuk menjamin hidupnya. Hanya saja keterampilan tersebut tidak dapat berkembang, karena tidak menggunakan peluang tersebut dengan sebaik-baiknya atau karena kekurangan potensi sumber daya untuk dapat mengembangkan peluang tersebut.
  • Pengemis kontemporer temporer: hidup musiman. Pengemis yang hanya sementara dan bergantung pada kondisi musim tidak dapat diabaikan keberadaannya. Jumlah mereka biasanya meningkat jika menjelang hari raya. Daya dorong daerah asalnya karena musim kemarau atau gagal panen menjadi salah satu pemicu berkembangnya kelompok ini.
  • Pengemis terencana: berjuang dengan harapan. Pengemis yang hidup berjuang dengan harapan pada hakikatnya adalah pengemis yang sementara (kontemporer). Mereka mengemis sebagai sebuah batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan lain setelah waktu dan situasinya dipandang cukup
Dari hasil penelitian di atas, kita ketahui bahwa mengemis merupakan pilihan yang tidak semata-mata disebabkan oleh keterhimpitan ekonomi (kemiskinan) atau keterbatasan fisik (ketuaan/cacat tubuh)—dua hal yang sering dijadikan alasan tindakan mengemis—yang kedua-duanya menyebabkan hilangnya kesempatan kerja, akan tetapi juga disebabkan faktor lain, seperti faktor tradisi suatu masyarakat yang menjadikan mengemis sebagai profesi; kekurangan potensi sumber daya untuk dapat mengembangkan peluang; dan kondisi musiman, sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Namun demikian, penelitian tersebut ternyata tidak memperhitungkan faktor individu sebagai makhluk yang memegang nilai-nilai hidup, dengan kata lain, hasil penelitian tersebut hanya dirumuskan berdasarkan penemuan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi individu, padahal faktor yang paling mendasar sebagai sebab individu memilih untuk mengemis atau tidak mengemis adalah nilai-nilai yang dihayati individu. Boleh saja stimulus-stimulus eksternal mendorong individu untuk melakukan sesuatu, akan tetapi kalau ia memegang kuat nilai-nilai yang berlawanan dengan dorongan stimulus tersebut apa individu akan megikuti dorongan stimulus? Hidup kita, pilihan-pilihan kita dan keputusan untuk berbuat atau tidak berbuat, sesungguhnya sadar atau tidak sadar telah melalui pertimbangan nilai-nilai yang kita hayati.

Sumber:

Penghasilan Pengemis di Berbagai Negara

Pengemis bisa kaya hanya dengan meminta-minta? Kalimat yang terdengar aneh dan tidak adil bagi orang-orang yang bekerja keras dengan usaha maksimal melalui pekerjaan yang lebih layak. Namun, hal itu memang terjadi. Walaupun tidak semua kaya sampai berkelimpahan, tetapi mereka bisa mendapat uang lebih banyak dari pekerja lain seperti buruh. Di sini, Tim Edelweiss ingin menarik dukungan dari pemerintah dan masyarakat untuk ikut mengangkat hak para pekerja keras yang benar-benar bekerja secara layak untuk bisa mendapatkan hasil sesuai dengan usahanya. Pengemis memang berhak mendapatkan itu, namun pekerja keras lain yang dengan kemauan untuk mengerahkan tenaga dan usahanya dari pekerjaan yang layak itu lebih berhak.


Siapa yang mengira bahwa pendapatan dari seorang pengemis ternyata dapat melebihi pendapatan dari seorang buruh? Banyak cara yang digunakan oleh pengemis, mulai dari sekedar membuat penampilan tampak lusuh, menggunakan bantuan hewan, anak kecil, bahkan sampai menggunakan penyakit yang dideritanya sendiri!! Contohnya seperti cacat fisik. Pada faktanya pengemis di indonesia saja bisa menghasilkan beberapa juta dalam waktu 1 bulan. Tapi apakah anda tahu berapakah penghasilan yang dapat dihasilkan pengemis dari luar negeri dalam tempo 1 bulan.
  • Amerika

Amerika adalah sebuah negara yang sangat maju, tapi di lain sisi juga ada banyak penduduk yang hidupnya berada pada garis kemiskinan. Bagi orang-orang seperti itu, mengemis mereka anggap sebagai salah satu cara modern dan paling efisien untuk menghasilkan uang. 
Sebuah pasangan pengemis yang bernama Jason Pancoast dan Elizabeth Johnson mendeskripsikan dirinya sebagai 'pengemis kaya' dari Oregon. Pasangan ini dapat menghasilkan uang sebesar $ 30-40.000 dalam 1 tahun hanya dari mengemis. Jika sedang sepi, mereka bisa mengumpulkan $ 20 - $ 50 per hari, akan tetapi jika sedang ramai pendapatan harian mereka dapat mencapai $ 300!! Bahkan jika pasangan tersebut sedang beruntung mereka dapat mengumpulkan uang $ 800 (sekitar 7 juta Rupiah) dalam waktu sehari.
  • Inggris



Di kota London yang terletak di Inggris pekerjaan mengemis ini dilakukan oleh kaum 'homeless'. Seorang pengemis "hanya" membutuhkan duduk dalam kurun waktu 16 jam sehari sambil menengadahkan tangannya di kawasan ramai yang berada di daerah George and Market Sydney CBD dapat mengumpulkan uang sebesar $ 400 sehari atau setara dengan 3 juta Rupiah. Itu pun jika sedang beruntung, jika keadaan sedang sepi maka pengemis tersebut hanya mendapatkam uang sebesar $ 175 per hari. Pengemis di Inggris menabungkan uangnya di bank setiap seminggu sekali.
  • China

Mengemis di daerah China sana bukan lagi sebuah cara untuk mendapatkan makan atau bertahan hidup, akan tetapi sudah menjadi pekerjaan yang rutin setiap harinya. Dalam sebuah survey yang diadakan di China, setidaknya terdapat 800 orang pengemis di Guangzhou saja. Biasanya para pengemis di sana melakukan pekerjaan tersebut dikarena sebuah kecacatan atau penyakit yang telah dideritanya. Pendapatan harian mereka kira - kira mencapai 20 - 100 yuan, atau setara dengan Rp. 30.000-150.000 sehari. sedangkan hitungan perbulannya mencapai lebih dari Rp. 4 juta.
  • Arab

Negara Arab merupakan salah satu dari sekian banyak negara yang sudah maju. Biasanya para pengemis disana memanfaatkan moment saat orang-orang datang ke mesjid untuk melaksanakan shalat. Seorang pengemis (pria) mengatakan: "biasanya saya meninggalkan istri dan anak perempuannya di depan mesjid untuk meminta-minta". Hal ini ternyata memang cukup efisien. Dalam kurun waktu 1 hari saja ia bisa mengumpulkan uang sebanyak 300 riyal, atau setara dengan Rp. 700-an ribu. Dalam tempo sebulan pengemis tersebut mampu mengumpulkan uang lebih dari 15 juta rupiah! Bahkan ada pula seorang pengemis yang tertangkap dan ketahuan menyimpan uangnya sebanyak $ 19.300 atau sekitar 220 juta Rupiah.
  • Rusia

Di Moskow, beberapa shelter dan rumah sakit merupakan tempat bagi para pengemis. Para pengemis tersebut biasanya merupakan orang-orang yang telah kehilangan pekerjaannya ataupun seorang imigran gelap.Lebih dari setengahnya merupakan orang-orang yang berusia dibawah 45 tahun. Rata-rata pengemis di Moskow mendapat 200-300 rubles dalam waktu 1 jam. Hal ini berarti  bahwa dalam 1 hari saja mereka dapat mengumpulkan uang sebanyak Rp. 880 ribu, bahkan penghasilan mereka perbulannya dapat mencapai sekitar 80.000 rubles, atau setara 23 juta rupiah. 
Seorang pengemis wanita yang berusia sekitar 63 tahun mempunyai sebuah rekening tabungan di bank dengan jumlah total tabungan sebesar 320.000 dirham, atau setara dengan Rp. 332 juta! Dia pun memiliki perhiasan dan rumah yang bagus.
Berdasarkan hasil dari sebuah penelitian, 62,4% pengemis disana adalah pengemis profesional. dan mereka dapat mengumpulkan rata-rata 200 dirham atau setara Rp. 200 ribu dalam tempo 1 hari. Itupun belum termasuk saat moment-moment tertentu, yang biasanya bisa membuat mereka mendapatkan uang lebih banyak lagi. Dalam waktu 1 bulan rata-rata para pengemis tersebut mendapat 6000 dirham (Rp. 6 juta-an).
  • Indonesia


Ternyata bukan hanya para pengemis dari negara-negara diatas yang memiliki penghasilan besar. Cak To, seorang pengemis asal surabaya, memiliki 2 sepeda motor, 1 mobil CR-V, dan 4 rumah. Semua itu didapatkannya dari hasil mengemis. Penghasilan yang didapatkan oleh Cak To berkisar sekitar Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per hari, yang berarti Rp 6 juta hingga Rp 9 juta per bulan.


Sumber:
http://www.gudangfakta.co.cc/2011/03/penghasilan-pengemis.html